Sebuah keluarga kecil, mereka
dikaruniai anak pertama berjenis kelamin laki-laki. Kemudian diberi nama Riko.
Awal kelahiran Riko banyak orang
yang menyambut dengan senang karena masih lucu dan menggemaskan. Itu ketika
masih bayi masih kecil. Beda lagi sama yang sekarang.
Sekarang Riko sudah kelas 3 SD.
Dia sih tidak bandel tidak terlalu pinter. Bisa dikatakan pas-pasan lah. Ya
namanya saja bocah kelas 3. Pendiam enggak,
hyperaktif juga enggak. Pas lah kalau
menjadi anak kecil. Tidak terlalu merepotkan karena ulahnya sendiri.
Facebook adalah sosial media yang
sedang populer-populernya. Tidak menutup kemungkinan juga anak kecil seusia
Riko bisa terkontaminasi virus facebook. Dan bisa dipastikan dia akan
mengidap alay dini. Sebuah keadaan
yang belum sepantasnya dia sandang tetapi harus dia lewati sepanjang hidup
sampai dia dewasa kelak. Itu pun kalau dia diberi petunjuk jalan yang benar.
Facebook dia kenali karena
seringnya dia pergi ke warnet sebelah. Sebelah sekolahnya maksud jelasnya.
Namanya anak kecil pasti
penasaran dengan hal yang seperti itu. Apalagi ini adalah hal baru, bukan
sebuah permainan yang bisa dibeli dan dipegang, bukan juga sebuah teman yang
bisa di gandeng. Tapi ini adalah sebuah pintu dimana virus-virus berbahaya akan
merusak bagaimana pemikirannya. Tapi nggak
apa-apa biar tidak ketinggalan jaman.
J
“Mas Andi, itu apaan?” tanya Riko
ke operator penjaga warnet. “Ini namanya facebook Rik” jawab Andi. “itu apa?
Kok masnya bisa ketawa-ketawa sendiri seperti orang kelaperan gitu?”. “ahahaaahaha
kamu ini anak kecil kok sudah kepo”. Sahut Andi. “aku ajarin dong mas” pinta
Riko sambil nangis.
Namanya juga manusia pasti punya
rasa empati dan kasihanlah. Dengan ikhlas Andi membuatkan Riko facebook lengkap
dengan e-mail dan pasword yang mudah dihafal.
Namanya pun disesuaikan dengan
kesukaan Riko, “Rikhoo Pahlawwand
Berthopenxx”. Lengkap dengan foto profil dengan pose ketika riko pipis
dibalik ban mobil truk. Dan berbagai foto privasi Riko, seperti sedang minum
susu di kempong, pipis dicelana, eek didepan taman, yaa banyaklah foto-foto
konyol Riko.
Teman pertama Andi tentunya. Dan
berkat Andi pula Riko menjadi ketagihan facebook. Teman-teman sekelasnya
disuruh membuat facebook. Entah itu perempuan, laki-laki atau yang belum
terdefinisi dengan jelas.
Dengan bujukan Riko dan
iming-iming dapet uang, semuanya pada mau. Eh, enggak semuanya, bu guru nya enggak.
Dengan bangga dan sok bisa-nya Riko memamerkan akun
facebooknya yang temannya baru satu tadi dengan nama yang berbau alay. Semua temannya pada mengatakan Riko hebat, pinter-lah,
canggih-lah, keren-lah, apa-lah, ini-lah, itu-lah, dan lain-lain-lah.
“teman-teman, beri nama kalian
apa yang kalian sukai dan apa yang kalian cintai. Misalnya kalian suka
spiderman, suka kucing, atau kalian suka sama teman sekelas kalian. Kalian
jadikan nama itu nama facebook kalian”. Teriak Riko sambil nangkring diatas
meja guru dan memegang penghapus seakan menjadi mic.
Anak kecil kan masih polos, lugu
dan lucu. Mau disuruh apapun yang dia sukai pastilah, pasti nggak bakal nolak. Adanya nerima dan iya iya iya.
Seminggu kemudian, Riko menyuruh
teman-temannya untuk melaporkan facebook mereka. Dan menyuruh mereka menuliskan
nama facebook di papan tulis. Kemudian akan di-add sebagai teman dirumah nanti.
Wah, ini nih yang dikhawatirkan. Terkontaminasi
virus alay sudah nampak dari nama facebooknya. Dan berkat Riko juga, anak
SD kelas 3 ngerasain patah hati.
Ada yang namanya “Enno Kpngen jDii paCaRRna dhewwIE”, nah
kemudian nama facebook Dewi sendiri “dhEwwi
pnGGmaRR rHasIA’na sanDHiie”. Nah si Sandi nya namanya malah “zhaNDhiee cuAYanx cMua’naa”.
Seminggu, 7 hari 7 malem Enno
diem-dieman sama Dewi, Dewinya juga marah sama Sandi. Nah, Sandinya
tenang-tenang aja. Santai dan enjoy. Namanya juga patah hatinya anak kecil,
biasanya diungkapkan lewat pembentukan kelompok. Dan ini terjadi. “bu Guru, aku
nggak mau sama Sandi. Sandi jahat sama aku, Sandi nggak cinta sama aku” kata Dewi. “Eno juga, bu. Nggak mau sama Dewi. Dewi sudah merusak
rasa cinta Eno untuknya”. Eno nyolot.
Bu Guru pun penasaran.
Dipanggillah mereka bertiga kekantor. Setelah ditanya sedemikian sampai babak
belur dan ngaku terang-terangan, kesimpulannya mengarah ke Riko. Si biang
keladinya. Dengan ide membuat facebook. Dipanggillah Riko kekantor juga.
Riko pun datang dengan penuh
percaya diri. Dan masuk ke ruangan Bu Guru. “pagi bu,,” sapa Riko. “pagi juga
Riko. Kamu sehatkan?” tanya Bu Guru. “sehat bu, kenapa?” Riko kembali bertanya.
“benar, kamu yang menyuruh teman-teman kamu membuat facebook?”. “benar Bu”
jawaba Riko. “padahalkan mereka masih kecil dan kamu juga, kenapa sudah membuat
facebook?”. Bu Guru bertanaya. Riko pun nggak
mau kalah dan nggak mau
disalahkan, “biarbisa ngeadd punya Bu
Guru”.
Sejenak, bu Guru terdiam malu,
kaget, bingung. Eno, Dewi, dan Riko (tentunya) tertawa terbahak-bahak.
“makanya Bu, kalau di add itu dikonfirmasi” teriak Riko sambil
melet sambil nutup pinti terus keluar.
Bersambung....
0 komentar:
Posting Komentar